Senin, 24 Januari 2011

[FAN FICTION] 1000 Pounds Of Love (Part 1)

1000 Pounds Of Love



Warning : warning!! Transgender-ish, ultimate geje-ness, super gembel-ness, dan nggak nyambung, apalagi ngikutin EYD. So, buat yang gak suka, keluaaarrr~~~

  This is purely my imagination


MissReina

“Aduuuh, berat badan gue naik lagi niih!!” Gerutu Jaejoong di depan cermin. Gadis (?) itu memutar-mutar tubuh indahnya sambil berlenggak-lenggok ala model, mencari tempat kelebihan lemak yang ada di tubuhnya.
“Yaoloohhh lu cuman naik 2 ons, Jae!!” Yoochun menyela, cewek (?) yang konon mengklaim dirinya sebagai saingan Pretty Asmara dari kemaren-kemaren langsung menatap tubuh Jae dengan pandangan sebel. Yaiyalah gimana gak sebel? Naik 2 ons aja udah heboh, gimana kalau Jae sebohay dia? Bisa bunuh diri kali tu cewek.
“Ya’owoohhh Chunnieee! Jangan samakan gue dengan lo!” Jae mengibaskan rambut panjangnya kesamping dengan gaya angkuhnya yang uugh, nyebelin!
“Gue kan mau main film sama Jung Yunhooo, si aktor terkenal ituuu! Malu dong, kalau gue tiba-tiba jadi genduuut?” Ceramah Jae.
Menatap kelebayan yang ditampilkan Jae yang notabene adalah teman seperjuangan dalam hal menjadi aktris, Chunnie nggak bisa menahan sweat dropnya.
“Lu kira gue gak main film ape?? Ehh gini-gini banyak juga loh sutradara yang nyari-nyari gue buat main di filmnyaa!!” Chunnie naik darah. Yah, gini nih. Harga diri Chunnie tidak terima kalau dia terus-terusan di ejek sama Jae tentang berat badannya, jadi sebisa mungkin, Chunnie harus melawan! Lawan Jae! Jangan mau kalah!!
“Yaah, kalau main filmnya sama Mat Solar alias Bajuri sih…” Jae mencibir. Sengaja gadis itu menggantungkan kalimatnya, biar Chunnie makin sensi. Yeah, tentu aja, sekarang muka si gadis yang lebih bohay darinya itu memerah. Dengan menahan tangis, Chunnie langsung berdiri, dan meninggalkan Jae sendirian di kamar rias.

~!@#$%^&*()_+

Well, karena saya orangnya nggak tegaan, jadi saya mau nengok Yoochunnie daripada menceritakan Jaejoongie yang menyebalkan. Mari kita bersama-sama mengikuti kemana kaki besar Chunnie melangkah.
‘Huh! Gue sebeeel! Kenapa sih Jae selaluuu aja mempermasalahkan berat badan??’ Gerutu Chunnie dalam hati sambil misuh-misuh nggak karuan di koridor agency tempat dia dan Jae bekerja. ‘Gue juga bisa langsing! Kan tinggal sedot lemak! Terus oplas deh!!’
Haduuh, Chunnie~ Kenapa pikiranmu ngaco begituu?
“Abisnya gue desperadooo (note : depresi, credits : bahasa bencong)!!!” Teriak Chunnie pada tembok yang bergoyang karena suaranya yang dashyat menggelegar.
Puas teriak-teriak, Chunnie melanjutkan perjalanannya. Karena sudah tidak ada pekerjaan lagi, diputuskannya untuk langsung pulang ke apartemennya yang hangat, dan… makan lagi.
Seriously, Chunnie… kalau kamu terus-terusan gitu, bener-bener bisa ngalahin Pretty Asmara loh!
Chunnie yang sedang asik membayangkan apa yang nanti akan dia makan untuk melupakan Jae, tidak memperhatikan kalau di depannya ada… Jung Yunho!! Si pria ganteng bertinggi badan lebih dari 180 cm itu juga tidak memperhatikan ada bulldozer yang ada didepannya, sehingga…
Brukk!! Krek (?)
O-ow…  su-suara sesuatu yang patah terdengar. Ooh, mengerikan sekali saudara-saudara. Karena sekarang Yunho benar-benar terlindas bulldozer. Apalagi sepertinya… ada sesuatu yang patah?
“Ma—maaf!” Yoochun buru-buru mengangkat tubuh big size nya itu dari atas Yunho. Si aktor malah bengong-bengong dulu, otaknya masih belum mencerna apa yang terjadi.
“Ha—a? Nggak apa-apa…” Yunho berusaha berdiri, namun… dengan lunglai, aktor itu jatuh lagi ke lantai.
“Ya ampun!! Oppa!” Chunnie menutup mulutnya dengan tangan, sok-sok dramatis (asli gue ngakak ngebayanginnya). Chunnie mengambil nafas, berancang-ancang untuk berteriak…
“TOLOOOOOOOOOOOOOONG!!!!!”

~!@#$%^&*()_+

“Dokter, dokter, gimana keadaan Yunho oppa??” Yoochun merong-rong dokter yang baru aja selesai memeriksa Yunho. Namun sebelum si dokter dikasih dialog sama author, tiba-tiba Jaejoong nongol di ruang praktek si dokter, dan menyela mereka berdua.
“YUNHOOO!!”
Melihat Yoochun yang sedang bergelayutan (?) di tangan si dokter (kan ceritanya lagi sok dramatis melobby dokter untuk ngasi tau kondisi Yunho), Jaejoong jadi makin ngamuk.
“YA AMPUN!! YOOCHUN! ELU TUH YE, UDAH NIBAN YUNHO, SEKARANG LO MAU NGEMBAT SI DOKTER JUGA??”
“Ha—a?” Yoochun gagap mau ngejawab bentakkannya si Jaejoong.
“YAOWOOHHH TERNYATA LU DIEM-DIEM MAU NGEREBUT YUNHO DARI GUE YAA??” Bentak Jaejoong. Makin panas!
“WOII BRISIIKK!! Diem nape? Gue lagi sakit nih!” Yunho tiba-tiba nongol dari balik tirai putih yang memisahkan antara mereka dan tempat tidurnya. “Kalau mau teriak di gunung, Jae!!”
Karena dibentak Yunho, Jaejoong jadi keki. Mendadak gadis itu diam. Namun matanya tidak tinggal diam, dengan death-glare mematikan yang selama ini dia simpan, matanya berbicara pada Yoochun. Chunnie jadi nggak enak hati. Apalagi si Dokter.
“Saya ngerawat Yunho lagi aja deh.” Kata si Dokter mengalihkan pembicaraan. Tapi si Dokter malah dipelototin dulu sama si Jaejoong. Yeah, menatap Dokter yang bisa dibilang ganteng itu, hati Jaejoong jadi luluh.
“Iya dok, tolongin Yunho yang abis ditabrak bulldozer ya?” Pinta Jaejoong sok imut. “Dokter ganteeeng… Namanya siapa?”
‘Cuih. Murahan banget sih, sama semua cowok ganteng diganjenin.’ Yoochun dalam hati gondok banget. ‘Ayo Dokter! Gue yakin lu orang normal! Lindes si Jaejoong!’
“Saya Dokter Changmin.” Si Dokter sok-sok pasang tampang cool. Dikasihnya Jaejoong kartu nama yang ada di kantong jas prakteknya.
‘Yeee! Semua cowok tuh sama aja ya, sukanya sama cewek kerempeng macem Jaejoong!!’ Ratap Yoochun dalam hati. Wogh, menangis dalam hati nihi ceritanya, meratapi nasib.
“Sebentar ya.” Dokter Changmin minta ijin untuk merawat Yunho lagi. Jaejoong melepasnya dengan senyum mautnya.
Begitu Changmin hilang ditelan oleh tirai putih yang ada di depan mereka, Jaejoong langsung membelakangi tirai tersebut, dan menatap tajam Chunnie yang sekarang tepat berada didepannya.
“Jae—“ Yoochun bersiap-siap memberikan alasan kenapa ini semua bisa terjadi. Namun sebelum bisa berkata apa-apa, dia disela oleh erangan dari dalam tirai yang tiba-tiba.
“A—aahh!!”
Erangan merdu yang berasal dari suara Yunho!! Jaejoongpun ikut-ikutan nguping saking penasaran. Emang si Dokter ngapain, sampe si Yunho teriak begitu??
“Diem dong, Yun… Malu kalau itu cewek-cewek denger erangan lo itu.” Terdengar suara Dokter Changmin. “Uhh—dikit lagi…”
“A—Ahh!! Dokter, kalau gini terus saya nggak bisa duduk di WC lagi niih…”
“U—ugh, masih bisa kok, tenang aja… Saya kan, sudah berpengalaman…”
“Hyaa—ahhh!! Dokteeer~”
Dialog yang bener-bener bikin dua gadis itu keki dan termangu bisu. Keduanya mengalami dilemma, apakah sebaiknya menyibak tirai yang menghalangi pandangan mereka akan Yunho dan Dokter Changmin, namun memiliki resiko ingatan terluka permanen, ataukah sebaiknya diam saja disini, namun mengalami penderitaan keingintahuan alias kepo seumur hidup?
Kedua gadis itu saling melirik, meminta keputusan dari tatapan mata masing-masing. Akhirnya musyawarah mata tersebut menghasilkan keputusan : diem aja deh, tanya aja nanti abis ini.
Sementara itu, biar readers nggak salah paham, saya perjelas deh apa yang terjadi antara Yunho dan Dokter Changmin.
Di dalam tirai putih itu, Yunho berbalik tengkurap di tempat tidur praktek Dokter Changmin, terlihat tidak berdaya.
“Yah, baru segitu masa udah keder?” Dokter Changmin menghela nafas.
Tangan Yunho kembali memegangi pinggangnya, lalu ke bokongnya.
“Ya sakit lah Dok! Gimenong sih lu.” Yunho meringis. Masih terasa nyeri! Changmin hanya geleng-geleng kepala sok gentle sambil merapikan jas dokternya.
“Ya udah sih, terima aja nasib.”
“Tsk…” Yunho berusaha duduk, walaupun bokongnya masih terasa nyeri. Setelah berhasil duduk, dia menatap Changmin yang sedang sibuk menulis di mejanya. “Dokter. Gue boleh minta sesuatu gak?” Katanya setengah berbisik.
“Hm?”
“Jangan kasih tau siapa-siapa ya? Soal ini…”
“Lhoo? Tapi cewek-cewek di sana kayaknya bakal menanyakan apa yang terjadi lhoo…” Goda Changmin. “Belom lagi readers yang nggak puas akan penjelasan si author oon yang katanya mau memperjelas situasi ini. Mau nggak mau, saya harus memberitahukan apa yang terjadi tadi…”
Yunho mangap. Dirinya tidak percaya akan kata-kata si Dokter barusan. Apa katanya?? Akan membocorkan rahasia yang selama ini dia pendam? Rahasia ini kan bisa menghancurkan reputasinya?? Entah apa yang terjadi kalau orang selain author mengetahui rahasia kalau Yunho sebenarnya… sebenarnya…
“Dokter, saya MOHON.” Yunho menatap tajam si Dokter. Namun melihat Dokter Changmin yang tidak kunjung bergeming, Yunho mendekatkan wajahnya ke wajah si Dokter, sehingga mereka sekarang bertatapan dalam jarak yang sangat dekat. “Dokter, saya bersedia melakukan APA SAJA. Asal Dokter tidak membocorkan rahasia saya.”
Changmin mengangkat salah satu sudut bibirnya, menyunggingkan smirk nakal khas dirinya.
“Oke.”

~!@#$%^&*()_+

Yunho dan Changmin keluar dari ruang praktek Changmin. Kedatangan mereka berdua disambut oleh tatapan kepo dari dua cewek yang ada di depannya.
“Apa?” Kata Yunho jutek. Dalam hatinya deg-degan tuh, takut ditanyain macem-macem sama cewek-cewek di depannya, mamun malah kesunyian yang menghampiri mereka.
“Ehm…” Changmin terbatuk untuk mengalihkan perhatian. “Yunho, sebaiknya kamu pulang, istirahat di rumah ya.” Katanya lembut. “Dan jangan lupakan yang tadi…”
Yunho merinding.
“Iye. Nggak akan lagi deh gue lupa.” Kata Yunho, “Yo deh, gue pulang dulu ye,” Lalu Yunho melangkah keluar ruangan. Seakan ada bola lampu menyala dikepalanya, Jaejoong langsung menyusulnya.
“Aah, oppa! Biar aku anterin pake mobilku deh~”
Blam! Pintu pun tertutup. Meninggalkan Changmin sendirian dengan Yoochun.
Lama mereka terdiam tanpa saling membuka percakapan, hingga Changmin merasa lelah, dan memutuskan untuk kembali ke balik mejanya.
“Lho lho? Dokter mau kemana??” Yoochun protes saat Changmin berbalik pergi.
“Ya mau kerja lah!! Gue mana punya waktu buat melototin pintu seharian??” Jawab Changmin ketus.
Yoochun terdiam. ‘Bener juga ya, tapi gue yang artis aja rasanya punya waktu seharian buat melototin itu pintu seharian… huff…’
“Dokter…” Panggil Yoochun. Sekarang Yoochun juga menyusul Changmin ke mejanya, dengan lesu dia mendudukkan dirinya di bangku pasien didepan meja Changmin.
“Apa? Eh, awas jangan sampe rusak ya bangkunya.” Kata Changmin waswas. Yoochun makin cemberut.
“Yauda sih, kursi doang. Nanti gue ganti kalo rusak.” Rengek Yoochun. Changmin geleng-geleng kepala sambil terus sok sibuk nulis dimejanya.
“Dokteeer~~” Panggil Yoochun lagi.
“Apaaa???” Bales Changmin nggak sabaran. Yoochun gigit jari.
“Boleh curhat nggak?”
“Saya bukan dokter kejiwaan, nih, kalau mau, saya kasih tau dokter jiwa yang bagus.” Kata Changmin cuek.
“Lah tapi saya maunya sama dokteer!” Yoochun tetep keukeuh mau curhat sama Changmin.
“Aargh! Iye iye, mau cerita apaaa??” Changmin akhirnya menghentikan kegiatan sok sibuknya, dan menatap serius gajah yang ada didepannya. *author tewas di gorok fansnya Yoochun*
Menatap pahlawan yang mau mendengar cerita keluh kesah deritanya, Yoochun mulai bercerita tentang Jaejoong yang selalu mengejeknya karena dia gendut, tentang filmnya yang nggak pernah main sama aktor-aktor ganteng, daaan, apa aja deh, yang penting si Yoochun curhat tentang keadaannya selama ini yang diteken sama Jaejoong.
2 jam berlalu, benar-benar 2 jam bagai di neraka untuk Changmin, karena harus menenangkan apa yang dia sebut sebagai ‘gajah ngamuk’ yang ada didepannya.
“Jadi gitu… Terus lo mau apa kalau Jaejoong terus-terusan nginjek-nginjek lo kayak gitu haa?” Ujar Changmin nggak sabaran setelah isak tangis Yoochun reda.
“Dokteer, dokter kenal nggak dokter operasi plastik yang canggih, yang bisa ngerubah saya jadi cewek cantik dalam sekejab??” Rengek Yoochun lagi. Changmin memutar matanya.
“Gini ya Yoochun, kalo lo malah mau merubah diri lo, itu artinya JJ yang menang. Kenapa? Karena dia berhasil membuktikan kepada dunia kalau cewek macem lo itu beneran nggak menarik!” Ceramah si Changmin. “Justru kalau lo yang nggak merubah diri lo ini bisa ngalahin dia, pasti dunia sontak bakal menganggap lo sebagai cewek bohay nan cantik!”
“Terus… gue mesti gimana dong Dok??” Yoochun mengomel frustasi.
“Tsk… Nih, gue kasih tau rahasia terbesarnya Yunho. Dengan ini, lo bisa menguasai Yunho, dan Jaejoong pasti bertekuk lutut di hadapan lo, minta ampun!” Changmin berkata yakin.
“Hiks… emang apa?”
“Sst…” Changmin membisikkan sesuatu di telinga Yoochun. Mendengarnya, Yoochun sontak jadi kaget. Matanya membulat, mulutnya berbusa, dan kejang-kejang (lebay). Boong deh, cuma kaget doang kok.
“Beneran nih Dok?” Bisik Yoochun. Changmin mengangguk pelan. “Tapi masa beginian doang jadi rahasia terbesar sih?”
Changmin mengangkat bahunya nggak peduli. “Yaa mana gue tau ya, tapi yang pasti, Yunho menganggap ini penting, dan merupakan bagian vital dari profilnya dia.”
Yoochun mengangguk-angguk mengerti. “Terus rencana Dokter selanjutnya apa?”
“Yaelah, masa mesti gue yang ngerencanain jugaa??” Protes Changmin. Namun buru-buru dilanjutkannya ketika Yoochun mulai mewek lagi. “Oke-oke. Gini rencananya…”
Bisik-bisik tetangga pun terjadi lagi, dan setelah itu, Yoochun segera keluar dari ruang praktek Changmin.
“Kim Jaejoong… Tunggu pembalasan gue!” Bisik Yoochun sok dramatis.

=TBC=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar